New Chapters

Sebelum gue terlalu panjang lebar cerita karena emang banyak banget yang mau gue ceritain. Let me say "HAPPY NEW YEAR!!" Gak kerasa satu hanun telah berlalu dengan beribu cerita yang entah akan kita ingat atau tidak.

Oke... Kita mulai dengan persiapan A7X dan Michael Buble yang gak ketulungan ribetnya. Tapi dibalik kesibukan itu gue tetap menyampatkan diri untuk liburan. Alhasil gue, Goro, Uu, dan Mba Hesti liburan ke Pangandaran. Yaahhh... Lumayan lah buat refreshing sebelum kembali kepada keribetan A7X dan Michael Buble.

Liburan done dan saatnya kembali kepada kesemerawutan. Tidur gak tenang, kerjaan banyak tapi keseringan lupa semua, waktu berjalan sangat cepat tapi badan dan pikiran gak pernah berhenti bergerak. Lupa makan menjadi rutinitas sehari-hari. Semua beban pikiran itu ditambah dengan pikiran akan meninggalkan kantor Pejaten. Semua bersatu campur aduk gak karuan di dalam pikiran.

A7X berhasil dijalani dengan cukup baik walaupun banyak banget rintangan yang harus dilewati. Pulang pagi pun dilakukan setiap hari. Tapi seperti biasa, kalau event-event sebelumnya aja bisa dilewati masa yang ini gak bisa sih. Setelah A7X selesai, seperti gak dikasih ampun sama sekali, gue kembali bergulat dengan Michael Buble. Kali ini sama persis ribetnya dengan A7X tapi gue bisa sedikit lebih santai karena kerjaan yang gue handle gak seribet pas A7X dan memang pekerjaan yang biasa gue lakuin selama event. Rasa capek seperti dua kali lipat membebani tubuh. Namun lagi-lagi semua ini berhasil dilewati alaupun ada beberapa keriwehan dalam prosesnya. Thanks to semua crew yang membantu dalam event ini.

Air mata pun menetes setelah Michael Buble usai. Bayang-bayang meninggalkan Pejaten semakin jelas. Perpisahan terpaksa harus terjadi. Perpisahan tanpa jarak, hanya berpisah diantara dua kubu divisi yang berbeda. Masuk menjadi karyawan kantor baru (walaupun masih di perusahaan yang sama) tak semudah yang dibayangkan. Bertemu orang-orang yang tidak bisa dibilang baru sebenarnya, kantor pun sudah tak asing, tapi sepertinya masih ada saja bebannya. Adaptasi kembali harus dilakukan dan berusaha untuk kembali membaca satu persatu sifat masing-masing orang yang ada disini. Cerita-cerita mengenai orang-orang ini yang belakangan gue dengar membuat gue harus waspada dan pintar-pintar menjaga omongan kepada siapa saja gue bisa terbuka. Entah berapa lama gue bisa bertahan disini. Yang pasti sampai niatan gue untuk melanjutkan sekolah September ini.

Ngomong-ngomong masalah sekolah, ini menjadi hal yang penting saat ini. Tak lagi memikirkan pekerjaan yang selama ini jadi penghalang gue untuk sekolah, tak lagi benar-benar peduli pada gaji dan bonus, yang gue pikirkan saat ini hanyalah sekolah.Gue seperti terasuki akan sesuatu.Walaupun gue belum tahu apakah gue benar-benar bisa melanjutkan sekolah tahun ini. Semua balik lagi tergantung atas kesiapan mental, biaya, maupun proses pendaftaran nanti. Tati jujur gue optimis kalau gue akan lanjut sekolah tahun ini karena gue sudah menunggu terlalu lama.

Kurang dari dua bulan lagi umur gue akan semakin menua. Berbagai macam masalah hadir di dalam kehidupan gue walaupun bukan secara langsung menimpa gue. Pertama dengan kejadian nyokap gue yang sepertinya terkena penipuan yang melibatkan nominal besar. Semua berusaha ikhlas walaupun berat rasanya apalagi uang itu juga bisa digunakan untuk membiayai sekolah gue nanti. Kedua masalah om gue yang terlibat barang terlarang dan membuat anak istrinya terlantar. Ketiga masalah adek sepupu gue yang terlibat masalah kriminal dan harus menyangkut polisi. Sempet pindah dari satu tempat ke tempat lain dan akhirnya menetap di rumah gue hampir satu bulan walaupun setelah itu dia kabur lagi entah kemana. Dan yang kelima setelah urusan polisi dan kabur-kaburan ini selesai, adek gue sempet ikut pelatihan kerja di sebuah perusahan percetakan besar di Jakarta. Tapi disaat keadaan sudah kembali normal, dia membuat ulah lagi. Kali ini dia terlalu berlebihan dalam berhubungan dan minggu depan harus menikah. Entah apa yang ada dipikirannya mengingat ibunya yang hanya sendiri tanpa suami.

Gue udah gak bisa ngomong apa-apa lagi. Gue termasuk orang yang gak peduli apa yang orang lain lakukan selama itu gak menyangkut urusan gue. Gue tahu pergaulan anak sekarang karena gue juga pernah muda. Gue gak pernah berkomentar dengan hubungan pacaran seseorang. Gue tahu anak cowok pasti suka membuat kenakalan. Tapi kalau urusannya sudah menyangkut barang terlarang, polisi dan sampai menikah dengan cara tak wajar, itu sudah kelewat batas namanya.

Semua kejadian itu membuat gue semakin terus belajar, belajar, dan belajar lagi bahwa kehidupan itu kejam. Namun sebenarnya dibalik itu kita bisa mengatasinya kalau kita kuat dan punya pendirian. Kita memang tidak bisa menjadi orang yang sempurnya. Tapi kita bisa menjadi orang yang lebih baik di hari-hari berikutnya dengan melihat dan belajar dari kejadian dan pengalaman sebelumnya.

Selamat pagi, kawan!! Selamat beraktivitas :)

Komentar

Postingan Populer