Baper

Baper...
Istilah ini emang lagi hitz banget dipakai  kaum muda di Jakarta. Tapi awalnya gue gak paham sama maksud perkataan ini sampai akhirnya (sepertinya) gue merasa kalau gue lagi baper belakangan ini.

Pertama, setelah 2 bulan lebih gue keluar dari kerjaan gue ternyata gosip masih berkembang dimana2. Baru tahu kalau gue hitz juga di kantor ternyata. Hahahha. Susah lah ya kalau basicnya memang seperti itu. Mungkin ini pilihan yang tepat untuk meninggalkan kantor dengan alasan yang benar-benar tepat. Cuma gak habis pikir aja kepergian gue dihubung-hubungi dengan hal yang yang kurang baik. Tapimau gimana lagi. Mungkin ini resikonya dan alhamdulillah gue gak denger secara langsung soal itu. Asal tahu aja sih. Dan makasih buat orang-orang yang dengan berbaik hati mau memberikan penjelasan untuk ini supaya masalahnya tidak berkembang ke arah yang lebih negatif lagi.

Kedua, gue udah merasa nyaman banget sama kondisi gue di kampus. Gue punya teman-teman yang menyenangkan. Ternyata perbedaan budaya dan bahasa buat kita untuk saling mendekatkan diri. Mereka ngasih kesempatan untuk gue berkembang disini. Kita saling tukar ilmu dan pengalaman. Senang rasanya bisa tertawa bersama-sama. Ini yang membuat gue takut untuk berpisah dengan mereka. Mungkin semester ini adalah semester terakhir gue bisa bareng mereka karena semester depan gue akan ketemu orang-orang baru. Hikksss... Apa ada yang lebih baik dari ini?

Ketiga, mungkin saat ini gue sedang kembali mencari jati diri. Berusaha untuk memikirkan dan menjalankan masa depan yang lebih baik lagi. Gue mulai memikirkan kehidupan pribadi gue yang mungkin belakangan ini belum sempat terpikirkan. Melihat gue yang sekarang hidup sendiri membuat gue berfikir kalau gue gak bisa terus seperti ini. Perlahan menjadi orang yang lebih baik. Banyak pelajaran yang gue ambil beberapa bulan terakhir ini. Dan gue mencoba menyadari mungkin keinginan gue selama ini bisa menjadi boomerang buat gue dan membuat gue menjadi orang yang terobsesi. Gue terobsesi untuk menjadi seseorang yang berbeda. Gue terobsesi untuk mendapatkan sesuatu yang sebenarnya bukan milik gue. Gue terobsesi untuk bisa menyelesaikan semua masalah sendiri walaupun gue sadar itu tidak mudah. Terus dan terus belajar itu kunci utama.

Keempat, di balik keobsesian gue itu ternyata masih banyak orang yang perhatian dan sayang sama gue. Mungkin gue gak pernah menyadarinya tapi gue memiliki mereka. Orang-orang yang gak pernah lelah mendengarkan keluh kesah gue, mereka yang dengan senang hati berbagi tawa sama gue. Akankah gue bisa memilikinya selamanya? Jawabannya tentu saja nggak. Mereka punya hidup mereka masing-masing. Seperti kata sahabat gue "hal yang paling berat dari melepaskan adalah merelakan". Mungkin melepaskan merupakan cara yang paling baik. Tapi apa benar kita sudah benar-benar bisa merelakan apa yang telah kita lepaskan?

Kelima, gue berusaha berjanji pada diri gue sendiri kalau gue bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Buang jauh-jauh sifat jelek gue, jalani hidup yang lebih baik, terus belajar dan jangan segan untuk bertanya pada orang lain. Kita gak akan bisa menjadi sukses kalau kita tak bisa menyemangati diri sendiri. So, percaya pada diri sendiri itu yang lebih penting. Mengandalkan orang lain boleh tapi tak boleh sampai ketergantungan pada mereka. Gak ada salahnya memaksa diri sendiri untuk maju. Karena pada akhirnya kita sendirilah yang akan bangga pada diri sendiri terlebih dahulu, kemudian orang lain akan bangga juga kepada kita.

Komentar

Postingan Populer