Big Learning to Myself

Hi there!!

Maapkan karena udah 2 minggu gak nulis disini. Gak penting juga sih sebenernya. Tapi cuma mau kasih tahu aja alasannya kenapa. Karena akhirnya gue bisa balik ke rumah buat ngerayain ulang tahun bareng orang terdekat dan ketemu temen-temen yang dari kemarin dikangenin. Senang rasanya. 12 hari di rumah dan sedikit melupakan tugas kampus (sedikit karena sisanya terus kepikiran sampe kebawa mimpi hiksss) sekalian bisa merbaikan gizi (asli makan mulu gue kerjaannya). Syurgaaa banget ada di rumah kumpul bareng bapak, mama, dan Oreo. Tapi waktu itu berjalan cepat banget ya. Gak berasa lho padahal gak terlalu banyak rencana selama kepulangan ke rumah. Tapi 12 hari tiba-tiba udah lewat aja. Sekarang saatnya back to reality. Kembali pada kehidupan kampus, kuliah, ketemu dosen, ketemu temen-temen, dan yang pasti sendirian lagi.

Tujuan gue disini selain kuliah tentu aja gue mau cari teman dan pengalaman baru. Gue berusaha belajar tentang budaya disini. Gue banyak belajar dari roommate n classmates gue. Mereka dengan sabar mau bantuin gue dalam segala hal. Tapi masih ada yang kurang. Gue masih sendirian disini. Gue butuh lebih banyak teman karena gue hanya ketemu temen sekelas cuma sekali pas ada kuliah aja (derita kuliah seminggu sekali) dan roommate gue selalu pulang malam dan every weekend back to home town. Jadi gak banyak waktu buat bareng-barengnya. Gue sama sekali gak menutup diri untuk kenal dengan orang lain, siapapun dan dari manapun, termasuk perkenalan melalui media sosial. Tapi ternyata cari teman yang benar-benar "berniat untuk berteman" susah ya. Kenapa gue kasih tanda petik karena apa yang baru gue alamin cukup membuat gue belajar banyak hal tentang berhubungan dengan orang lain apalagi yang baru dikenal. Jadi gini ceritanya...

Ada yang ngechat gue via instagram. Gue ladenin lah ya dan ternyata kita sama-sama international student dan kuliah di kampus yang sama juga walaupun beda jurusan. Doi jurusan bisnis. Bersambunglah percakapan sampai akhirnya dia ngajak gue ngopi. awalnya gue gak mau. Ini siapa jg baru kenal langsung ngajak jalan hari itu juga. Tapi gue pikir-pikir lagi kayaknya nih cowok baik-baik secara anak kuliahan dan satu kampus juga sama gue sekalian gue juga mau grocery shopping. Gue iyainlah tawarannya. Feeling sih pas doi bilang ada mobil dan ngajak gue bareng aja tapi gue gak mau dan minta ketemu di salah satu mall aja abis gue grocery shopping. Ketemu lah akhirnya. Tapi kok kesan pertama agak gak asik ya. Doi keliatan cuek dan gak peduli gitu. Terus buka obrolan dengan ngebahas agama dan dikaitin sama pakaian gue (waktu itu lagi pakai celana pendek). Emang salah ya? Gue kan berusaha apa adanya. Belum curiga tuh. Doi ngajak gue pindah tempat abis itu. Walaupun ragu-ragu akhirnya gue iyain karena penasaran toh gue tahu sebagian besar jalanan disini (beruntunglah gue udah sering jalan-jalan disini). Tapi pas mau ke parkiran mobil gue ditinggalin dong doi malah jalan duluan. Kedua, gue bawa barang belanjaan dan dia gak peduli. Dan yang bikin gue males dia nanya apa gue pakai make up karena mau ketemu dia. Hallowww?? Gue juga kemana-mana make up kali, Gue bukan cewek keganjenan yang mau ketemu cowok fake pake make up. Makin berkurang lah penilaian gue buat dia. Nah karena macet mulailah kita membahas hal-hal simple tentang pertemanan. Tapi kok dia berulang kali nanya apa "limitasi" gue. Gue gak paham nih awalnya. Sepanjang jalan masih mikir soal kata ini. Makin lama makin menjurus dong ngebahas soal film dan yang dia bahas film "mister abu-abu". Gue tanggepinnya santai aja. Berlanjut dia bahas soal pertemanan tapi dengan physical interaction like hugging and kissing. Maksudnya apa nih? Sampe lah gue di coffe shop yang dia maksud. Tempatnya cozy di pinggir pantai, gue suka banget (mungkin next gue bakal kesana lagi sendiri). Berlanjutlah obrolannya tapi yang di bahas balik lagi ke pembahasan awal tentang hubungan pertemanan yang "terbuka". Nah sekarang pake bawa-bawa temenan pergi ke hotel tapi tanpa doing sex cuma hugging dan kissing tetep. Emang sih gue juga gak munafik kalau gue kadang dan pernah ngelakuin itu (hugging my friends, cipika-cipiki, holding hands, even sleep in same room and same bed with my guy friend but no kissing and sexual thing) tapi gue juga ngelakuin itu sama orang yang udah bener-bener gue kenal dan gue percaya bukan sama orang yang asal comot di jalan or orang yang baru gue kenal. Dan akhirnya tercetuslah istilah yang dari tadi mau dia sebutin ke gue tapi susah banget kayaknya "friends with benefits". Gue gak bego lah ya. Gue tahu apa maksudnya. Ya jelas gue gak mau lah. Gue cuma mau pertemanan yang casual dimana gue bisa tukar pengalaman, sharing anything (but no about sex things), ngomongin soal kuliah, dll. Gue bukan cewek kayak gitu ya. Gue emang terbuka dan bebas, pake baju pun sesuka gue, tapi gue masih tahu apa yang boleh gue lakuin apa yang nggak. Dengan tegas gue bilang NO ke dia. gue gak mau ngasih harapan dan gue gak tertarik sama dia untuk lebih dari casual friend juga. Kayaknya sih dia agak kecewa. Pulang lah kita dan minuman yang kita pesen bayar sendiri-sendiri dong. Gue gak matre sih tapi kan... Yasudahlah ya males ngebahasnya. Diperjalanan pulang berlanjut lagi percakapannya. Doi balik lagi ke pembahasan awal. Kayaknya berharap gue luluh dan goyah deh tapi sayangnya penilaian gue ke dia udah minus banget. Tapi masih gue anggak santai karena gue gak mau terlihat lemah dan ketakutan di depan dia walaupun dalam hati sih ngeri juga. Makin menjurus dong ke soal porn movie sampe sexual activity. Lampu kuning udah kedip-kedip nih di badan dan kepala gue. Gue sih jujur apa adanya ya gue gak pernah ngelakuin itu dan gue harap dia bisa ngerti dan berhenti bahas itu. Kita sama-sama dari negara muslim dan agama kita pun sama. Tapi hal itu gak akan kuat kalau dari dirinya udah menolak asal-usulnya dan mungkin dia stress sama kuliah yang udah 2 tahun belum kelar, secara master di kampus kita kan cuma 1,5 tahun. Akhirnya gue ngerti apa arti kata "limitasi" itu. Dia mau tahu gue sebebas apa dalam pergaulan. Dan dia ngomong jujur kalau pertama liat gue yang  dia cuek dan sok gak peduli itu karena dia mau ngalihin perhatian kalau dia "on" (you know what i mean right?). Yang gue gak suka karena dia menilai orang asli sini gak menarik karena mereka pakai kerudung (lah? lo kan muslin?), menilai b**bs cewek-cewek di negaranya besar, dan suka dengan chi**se karena mereka berani berpakaian. Gue bisa menarik kesimpulan kalau ujung-ujungnya pasti akan ke arah sexuality. OMG i don't know how to say but my answer of course still NO. Gue gak respek sama cowok yang kayak gitu. Yang menganggap dirinya "keren" cuma karena lo orang luar negeri. Gue gak peduli orang dari tampang, status, or materi, gue terbuka sama siapa aja yang penting dia bisa menghargai gue, terlebih menghargai gue sebagai perempuan. Dengan sikapnya yang kayak gitu dia udah gak ngehargain gue dan gue pilih jauh-jauh aja dari orang kayak gitu. Alhamdulillah gue selamat sampai rumah gak tergoda sama sekali dengan bujuk setan-setan yang ada di sekeliling gue.

Pembelajaran yang sangat berharga buat gue dimana gue harus lebih waspada dan gak boleh cepat terlena akan apapun yang gak pasti. Jangan sampai kita menyiakan sesuatu yang gak berguna buat kita. Masih banyak orang baik yang bisa diajak berteman. Gak apa-apa kehilangan satu orang yang breng**k demi mendapatkan ratusan orang yang baik. Orang yang benar-benar mau berteman dengan tulus seperti yang udah gue punya saat ini di Jakarta. I miss u guys. Next gue harus lebih selektif lagi. Gue gak menyesal dengan apa yang terjadi sama gue karena gue tahu Allah dan doa dari orang tua, keluarda dan teman-teman masih melindungi gue. Gue beruntung dididik menjadi cewek yang mandiri, kuat, dan tidak bodoh. Gue juga beruntung sama mereka yang walaupun kini jauh tapi masih selalu ada buat gue saat senang dan sedih. Semoga cerita gue bisa jadi bahan pembelajaran buat yang membaca dan gue pastikan hal ini gak bakal terulang lagi.

Komentar

Postingan Populer